Akhir-akhir ini banyak yang mebanding-bandingkan harga BBM Malaysia dan Indonesia setelah ke aikan BBM beberapa waktu lalu. Dan, dibumbui dengan keperdulian pemerintah terhadap rakyat.
Berikut beberapa fakta yang bisa untuk menalarkan fakta tersebut :
- Jumlah penduduk Malaysia 32,7 juta jiwa (Juni 2022)
- Jumlah penduduk Indonesia 275 juta jiwa.
- Inflasi Malaysia per Agustus 2022 127,9 pada Juli 2022 (https://www.antaranews.com/berita/3086049/inflasi-malaysia-naik-44-persen-pada-juli-2022)
- Inflasi Indonesia per Agustus 4.99 (https://m.bisnis.com/amp/read/20220901/9/1573055/bps-umumkan-data-inflasi-agustus-2022-siang-ini-begini-proyeksi-ekonomi)
Dari perbandingan fakta tersebut di atas maka berkaitan dengan kenaikan BBM di Indonesia sebagai berikut :
- Inflasi Malaysia sudah cukup tinggi jika harga BBM di Malaysia naik, akan memperparah inflasi mereka. Maka Malaysia tidak berani menaikan harga BBM terlalu beresiko. Sementara dengan tingkat inflasi Indonesia saat ini, ekonomi Indonesia masih aman untuk menaikan BBM.
- Jumlah penduduk Malaysia 32,7 juta jiwa (seandainya diassumsikan yang memiliki kendaraan 30 persen penduduknya atau penduduk yang mendapat subsidi BBM) Malaysia hanya mensubsi 9,81 juta jiwa. Sementara Indonesia dengan jumlah penduduk 275 juta jiwa, (dengan asumsi yang memiliki kendaraan dan atau yang harus mendapat subsidi BBM adalah 30persen) maka jumlah penerima subsidi BBM Indonesia adalah 82,5 juta jiwa.
Ini berarti belanja subsidi satu bulan di Indonesia bisa mensuksidi 8.4 kali subsidi Malaysia. Jumlah tersebut belum dikalikan nilai subsidiny dan jumlah konsumsi BBM-nya.
Dua fakta tersebut di atas sudah cukup mendasar untuk memahami mengapa BBM Malaysia lebih murah dari pada BBM di Indonesia.
Ditulis oleh : Rakkyan bhudi wasesa
Blog Ajaran 
Tinggalkan komentar