PREN.SINERGI.PREN

Barusan saya membaca sebuah postingan di WAG alumni, cerita tentang hati emasnya seorang yang bernama Baim Wong. Dalam cerita yang menarik itu dikisahkan, betapa beraninya bongkahan hati Baim Wong dengan menyumbang 15 Milyar untuk penanggulangan pageblug Corona ini.

Saya terkesan ilustrasi penulis (sayang anonymous) apabila hati Baim Wong dipinjamkan ke 1.000 orang terkaya di Indonesia, maka aman lah rakyat Indonesia semuanya. Salut..

Tadi malam hampir 2 jaman saya nonton The Godfather of Broken Heart Didi Kempot ngamen di Kompas TV. Luarbiasa dalam 2 jam ngamen, terkumpul dana donasi 4 milyar lebih, itu saja ada gangguan di server, terjadi bottle neck hingga down sehingga banyak para donatur terkendala ketika mentransfer donasinya.

Konser Amal Dari Rumah itu diinisiasi oleh Didi Kempot sebagai bentuk solidaritas dan komitmen untuk tetap memberikan energi positif, saling merangkul, dan menguatkan seluruh masyarakat Indonesia. Betapa mulia hatinya Pakde Didi Kempot ini. Salut…

Kadang dan seringkali saya malu terhadap diri sendiri, sungguh kecil sekali saya dibandingkan dengan 2 figur diatas. Kemarin saya ikut numpang nyumbang indomie 2 box saja sudah serasa jumawa, petentang petenteng seolah-olah nyumbang 2 container 40 feet.

Ya Allah, limpahkanlah kami rejeki yang halal nan luas, baik dan tidak repot, mudah dan tidak memberatkan, juga karuniakanlah hati selalu terjaga untuk selalu berbagi. Aamiin.

Persis seperti kata Dahlan Iskan, bahwa kali ini saya tidak akan ngomonging masalah Corona, karena semua anggota group ini sudah canggih, fasih dan pinter kabeh tentang Corona. Kali ini saya hanya akan ‘ngundomono’ atau curcol Bahasa gaulnya, tentang masalah hati, masalah sinergi dan masalah empati.

Sesungguhnya disaat sedang musim di rumah saja ini, adalah waktu yang tepat untuk saling bersinergi dengan teman, saudara dan tetangga, terutama yang ada di group WAG kita ini. Kita sudah saling mengenal, bahkan notabene oldfriends, kanca lawas sebenarnya kita perlu sekali untuk saling empati, mendukung dan saling berbagi.

Kenapa kita cenderung lebih suka memilih memakmurkan orang-orang yang tidak kita kenal, dengan membeli produk-produk mereka? mungkin karena gengsi, atau produk branded atau ingin dipuji? Pagebluk Corona tidak mengenal gengsi, Corona tidak ingin dipuji, justru sekarang sedang di uji oleh pagebluk ini.

Mari kita saling menguatkan, memberi energy positif dengan cara membeli produk milik teman sendiri, terutama yang ada di WAG ini.

Disaat sekarang ini adalah waktu yg tepat untuk kita harus makin bersinergi, berbagi dan membantu antar teman. Ketika ada teman butuh bantuan, bantulah selagi kita bisa. Namun, ketika kita yang membutuhkan bantuan, maka tidak usah bingung lagi. Yakinlah, Allah bersama kita. Yakinlah, kita dikelilingi oleh teman-teman terbaik kita, yang senantiasa membantu kita di kala kita membutuhkan bantuannya.”

Saya ada keterbatasan untuk menjelaskan mengenai istilah proxy, link, synergetic, cooperation, joint work, mutual assistance dan lain sebagainya. Saya hanya tahu kalau Carrefour tidak akan berduka ketika kamu sedih, Blibli tidak ikut lecet ketika kamu jatuh, bahkan Indomart n alfamartpun mungkin cuek ketika kamu sedang berbelasungkawa, sedangkan apapun keadaanmu temenmu pasti akan peduli.

Sahl bin Saad bertutur: Suatu ketika Baginda Nabi Muhammad kedatangan seorang laki laki yang meminta baju Syamlah favoritnya yang baru dikenakan. Padahal baju itu baru saja di terima sebagai hadiah dari seorang perempuan dan Rasulullah memang sangat membutuhkan dan menyukai baju syamlah tersebut. Baginda nabipun dengan tersenyum memberikan baju tersebut.

Para sahabat yang mengetahui ini, kemudian mengecam laki-laki tersebut. Mereka berkata, “Hai Fulan, Rasulullah saw sangat menyukai baju tersebut, mengapa kau memintanya? Kau kan tahu Rasulullah tidak pernah tidak memberi kalau diminta?” Laki-laki itu menjawab, “Aku memintanya bukan untuk dipakai sebagai baju, melainkan untuk kain kafanku nanti kalau aku meninggal”. Tidak lama kemudian, laki-laki itu meninggal dan baju syamlah tersebut menjadi kain kafannya. (HR Bukhari)

Untuk itu sahabat, mari kita berempati, saling peduli, meyumbang dan menguatkan. Siapa tahu sumbangan kita itu adalah yang terakhir untuk dia sebelum di kafani? Dan bisa jadi sumbangan kita, menjadi ‘bekal pakaian’ terakhir kita untuk menghadap illahi.

Wahyu I Widodo
Kasongan 12/04/2020

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.